Sunday 2 November 2025 - 22:02
Pakistan Gelar Seminar: “Perjanjian Damai Palestina: Pelanggaran-Pelanggaran dan Tanggung Jawab Umat Islam”

Hawzah/ Sebuah seminar bertajuk “Perjanjian Damai Palestina: Pelanggaran-Pelanggaran dan Tanggung Jawab Umat Islam” diselenggarakan di Islamabad, Pakistan, dengan dihadiri oleh sejumlah ulama, tokoh terkemuka agama dan sosial, serta para aktivis pendukung perjuangan Palestina.

Berita Hawzah – Sebuah seminar bertajuk “Perjanjian Damai Palestina: Pelanggaran-Pelanggaran dan Tanggung Jawab Umat Islam” diselenggarakan atas inisiatif gerakan “Suara Kaum Tak Bersuara” Pakistan di kota Islamabad. Acara ini dihadiri oleh para ulama dan tokoh terkemuka dari kalangan Syiah dan Sunni, aktivis sosial, cendekiawan politik dan budaya, serta sejumlah perempuan dan pemuda. Para peserta menyatakan dukungan tegas mereka terhadap perjuangan Palestina.

Tujuan dari penyelenggaraan seminar ini adalah untuk mengkaji berbagai dimensi dari perjanjian terbaru terkait isu Palestina, menganalisis dampaknya terhadap dunia Islam, serta menjelaskan tanggung jawab umat Islam dalam menghadapi perkembangan di Gaza.

Mufti Gulzar Naeemi, Ketua Jamaah Ahlul Haram Pakistan, dalam pidatonya menyebut Perjanjian Abraham sebagai “jebakan berbahaya” bagi umat Islam. Ia menyatakan bahwa sejumlah negara Muslim, baik secara sadar maupun di bawah tekanan eksternal, telah menempuh jalur yang mengarah pada penerimaan perjanjian tersebut, yang merugikan perjuangan Palestina dan kepentingan dunia Islam.

Ia menambahkan bahwa para nabi memiliki perjanjian kokoh dengan Tuhan, namun kini, sayangnya, beberapa pemerintahan Islam justru mengikuti kebijakan Amerika Serikat dan menandatangani perjanjian-perjanjian baru yang bertentangan dengan janji ilahi.

Mufti Naeemi menyinggung penderitaan mendalam rakyat Gaza dan menegaskan bahwa mereka telah kembali ke tanah airnya, namun tidak akan pernah memaafkan para pengkhianat. Ia mengingatkan bahwa ribuan warga Palestina terluka dalam konflik tersebut, dan menyerukan kepada seluruh negara Islam untuk segera mengambil langkah dalam merawat para korban serta mendukung keluarga mereka. Ia menekankan bahwa mendukung perlawanan adalah kewajiban agama dan kemanusiaan bagi seluruh umat Islam.

Dalam sesi berikutnya, Dr. Nasir Abbas Shirazi, Sekretaris Jenderal Majelis Persatuan Muslimin, menegaskan bahwa perjanjian terbaru bukanlah “perjanjian damai” melainkan hanya gencatan senjata sementara. Ia menyebutkan bahwa sekitar 60% penduduk Zionis di wilayah pendudukan telah meninggalkan daerah tersebut karena takut terhadap perlawanan. Ketakutan terhadap Hizbullah dan Hamas telah melumpuhkan masyarakat Israel, dan ia meyakini bahwa kemenangan akhir akan menjadi milik rakyat Gaza yang gigih.

Dr. Shirazi, merujuk pada laporan-laporan PBB, menyebut tragedi Gaza sebagai “genosida terang-terangan” yang terjadi dengan dukungan kekuatan Barat. Ia menyatakan bahwa masyarakat di Eropa dan Amerika kini bangkit melawan kemunafikan pemerintah mereka, karena kontradiksi antara klaim hak asasi manusia dan dukungan terhadap kejahatan sudah tidak bisa disembunyikan lagi.

Dalam bagian lain dari seminar, Mufti Tayyib Shah Tirmizi, seorang dai Ahlussunnah, menekankan pentingnya persatuan Islam dalam menjaga kesucian tempat-tempat ibadah. Ia menyatakan bahwa sebagaimana beberapa negara bersatu dalam membela Haramain Syarifain (dua haram yang mulia), dunia Islam juga harus bersatu dalam membela Masjid Al-Aqsa dan mendukung Palestina.

Ia menambahkan bahwa Gaza, melalui keteguhan sejarahnya, telah meruntuhkan wibawa militer rezim Zionis, dan ia menyampaikan apresiasi kepada semua negara yang berdiri bersama perlawanan.

Seminar ini dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat, khususnya perempuan dan pemuda. Para peserta menegaskan komitmen mereka untuk terus mendukung rakyat Palestina, dan menyerukan kepada pemerintah-pemerintah Islam agar mengambil sikap tegas terhadap agresi rezim Zionis, mendukung perlawanan sah Palestina, dan tetap teguh dalam perjuangan menuju pembebasan penuh Al-Quds Al-Syarif.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha